Friday, August 13, 2010

USTAZ ARIFFIN MENYELEWENGKAN FAKTA

12 PENYELEWENGAN OLEH MUHAMMAD ARIFFIN BIN ISMAIL DI DALAM KERTAS KERJANYA “GERAKAN ISLAM MENDEPANI PLURALISME AGAMA”


7 Ogos 2010 - di Dewan Muktamar, Kompleks Pusat Islam, Kuala Lumpur, telah berlangsung seminar Pemurnian Akidah 2010, anjuran Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan (PMWP). Terdapat sebuah kertas kerja yang dibentangkan oleh Ustaz Muhammad Ariffin Ismail dengan tajuk “Gerakan Islam Mendepani Pluralisme Agama”.

Di dalam kertas kerja yang dibentangkan oleh Ustaz Muhammad Ariffin itu, terdapat banyak kesalahan dan penyelewengan fakta yang dilakukan dengan sengaja terhadap buku tulisan Dr Ary Ginanjar Agustian, ESQ : Emotional Spiritual Quotient (2001). Pihak ESQ tidak mendapat kesempatan menjelaskan kekeliruan yang dibuat di atas pentas Pusat Islam yang mulia.

Di sini dinyatakan kekeliruan tersebut, beserta penjelasannya supaya dapat dinilai dengan adil oleh masyarakat.


PENYELEWENGAN 1 : PETIKAN DIAMBIL SECARA TIDAK BERETIKA

Di muka surat 15, Muhammad Ariffin Ismail memetik buku Dr Ary Ginanjar seperti berikut;

Dalam Prolog buku ESQ : Emotional Spiritual Quotient, Ary Ginanjar Agustian menjelaskan bahawa “Kecerdasan Spiritual (SQ) pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshal, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University melalui riset yang sangat komprehensif. Pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual yang dipaparkan Zohar dan Marshall dalam SQ, Spiritual Quotient, The Ultimate Intellegence (London, 2000) dua di antaranya adalah : Pertama, riset pakar saraf Michael Persinger pada awal tahun 1990-an dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh pakar saraf V.S. Ramachandran dan pasukan dari California University yang menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia. Ini sudah built-in sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak pada jaringan saraf dan otak. Sedangkan bukti kedua adalah riset pakar saraf Austria, Wolf Singer pada era tahun 1990-an atas Binding Problem yang menunjukkan ada proses saraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan saraf yang secara literal “mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih bermakna… (ADA SATU AYAT YANG DI HILANGKAN DI PERENGGAN INI, DIHILANGKAN JUGA SATU PERENGGAN PENTING SEBELUM DISAMBUNG DENGAN PERENGGAN BERIKUTNYA ) Kebenaran sejati sebenarnya terletak pada suara hati yang bersumber dari spiritual center ini, yang tidak bisa ditipu oleh sesiapapun, atau oleh apapun, termasuk diri kita sendiri. Mata hati ini dapat mengungkap kebenaran hakiki yang tak tampak di hadapan mata”.


PENJELASAN :

Menurut Muhammad Ariffin, beliau mengambil petikan itu dari buku Ary Ginanjar, ESQ : Emotional Spiritual Quotient, Agra, 2001, hal. xxxvii.

Setelah disemak kepada buku yang dimaksudkan, ternyata ada ayat yang sengaja dihilangkan, begitu juga sebuah perenggan yang penting sebelum menyambungnya dengan perenggan lain. Hal ini sangat jelas boleh menimbulkan kekeliruan dan salah faham kepada orang yang membacanya.

Petikan yang sebenar adalah seperti di bawah ;

Kecerdasan Spiritual (SQ) pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshal, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University melalui riset yang sangat komprehensif. Pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual yang dipaparkan Zohar dan Marshall dalam SQ, Spiritual Quotient, The Ultimate Intellegence (London, 2000) dua di antaranya adalah : Pertama, riset pakar saraf Michael Persinger pada awal tahun 1990-an dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh pakar saraf V.S. Ramachandran dan pasukan dari California University yang menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia. Ini sudah built-in sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak pada jaringan saraf dan otak. Sedangkan bukti kedua adalah riset pakar saraf Austria, Wolf Singer pada era tahun 1990-an atas Binding Problem yang menunjukkan ada proses saraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan saraf yang secara literal “mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih bermakna. Pada God-Spot inilah sebenarnya terdapat fitrah manusia yang terdalam.

Akan tetapi SQ dari barat itu, atau Spiritual Intellegent tersebut belum atau bahkan tidak menjangkau ketuhanan. Pembahasannya baru sebatas tataran biologi atau psikologi semata, tidak bersifat transcendental. Akibatnya kita masih merasakan adanya ‘kebuntuan’.
Kebenaran sejati sebenarnya terletak pada suara hati yang bersumber dari spiritual center ini, yang tidak bisa ditipu oleh sesiapapun, atau oleh apapun, termasuk diri kita sendiri. Mata hati ini dapat mengungkap kebenaran hakiki yang tak tampak di hadapan mata. Bahkan kata sufi Islam Jalaluddin Rumi, “mata hati punya kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran daripada dua indera penglihatan (Mathanawi, vol. 4)
Ayat yang yang di Bold di atas ditinggalkan oleh Muhammad Ariffin apabila memetik buku Ary Ginanjar, dan hal ini jelas boleh membawa penafsiran yang salah kepada makna keseluruhan petikan di atas.


KESIMPULAN :
Hal ini adalah sangat tidak beretika dan tidak jujur untuk dilakukan oleh sesaorang yang dihormati dan dipercayai oleh masyarakat. Apatah lagi untuk seorang yang dianggap ‘tokoh agama’. Apakah ada kaedah ilmiah membahaskan sesuatu perkara yang penting, petikan buku sesaorang boleh dipotong atau disambung sesuka hati? Ini bukan saja salah dari segi moral, malah secara ilmiah, kertas kerja ini tertolak kerana penyelidikan yang dilakukan diragui kaedahnya.


PENYELEWENGAN 2 : MENGELIRUKAN PEMBACA DENGAN KEBENARAN SEJATI

Muhammad Ariffin menulis ;

Ary Ginanjar menyatakan dalam buku ESQ bahawa :”. Kebenaran sejati sebenarnya terletak pada suara hati yang bersumber dari spiritual center ini. Spiritual center yang dimaksudkan adalah God Spot yang built-in sebagai pusat spiritual yang terletak pada jaringan saraf otak.



PENJELASAN :

Muhammad Ariffin Ismail membuat kesimpulan tanpa melihat konteks ayat keseluruhannya. Ayat dari buku Dr Ary Ginanjar iaitu “Kebenaran sejati sebenarnya terletak pada suara hati yang bersumber dari spiritual center ini” adalah merujuk kepada perenggan yang telah dibuang atau dihilangkan oleh Muhammad Ariffin.

Cuba lihat semula petikan di bawah dengan memberi tumpuan kepada petikan yang dibuang (yang dihitamkan) ;

Pada God-Spot inilah sebenarnya terdapat fitrah manusia yang terdalam.
Akan tetapi SQ dari barat itu, atau Spiritual Intellegent tersebut belum atau bahkan tidak menjangkau ketuhanan. Pembahasannya baru sebatas tataran biologi atau psikologi semata, tidak bersifat transcendental. Akibatnya kita masih merasakan adanya ‘kebuntuan’.

Kebenaran sejati sebenarnya terletak pada suara hati yang bersumber dari spiritual center ini, yang tidak bisa ditipu oleh sesiapapun, atau oleh apapun, termasuk diri kita sendiri. Mata hati ini dapat mengungkap kebenaran hakiki yang tak tampak di hadapan mata. Bahkan kata sufi Islam Jalaluddin Rumi, “mata hati punya kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran daripada dua indera penglihatan (Mathanawi, vol. 4)

Apa yang cuba dijelaskan oleh Dr Ary Ginanjar dari ayat “kebenaran sejati sebenarnya terletak pada suara hati…” adalah menjelaskan bahawa penemuan SQ atau Spiritual Intelligent dari barat tersebut belum atau bahkan tidak menjangkau ketuhanan. Kerana itu, mereka gagal menjelaskan dari mana datangnya nilai-nilai kebaikan yang ada di dalam hati manusia.

Siapakah yang menciptakan suara hati atau mata hati yang disifatkan oleh Jalaluddin Rumi sebagai “mata hati punya kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran daripada dua indera penglihatan” jika bukan Allah?

Suara hati yang dimaksudkan oleh Dr Ary Ginanjar Agustian adalah suara hati murni yang diciptakan Allah dan mengikut landasan Al Quran dan As Sunnah. Ia adalah sumber kebenaran yang diilhamkan Allah kepada hati yang suci seperti apa yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Al Quran (terjemahannya) ;

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan jalan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh rugilah orang yang mengotorinya” (Surah As-Syams : 8-10)


KESIMPULAN :
Apa yang cuba disampaikan oleh Dr Ary Ginanjar melalui petikan di atas adalah hakikat bahawa sebenarnya kebenaran sejati itu terletak pada suara hati yang bersumber dari spiritual center. Yang dimaksudkan spiritual center adalah FITRA. Ia telah dinyatakan di perenggan awal tetapi dihilangkan oleh Muhammad Ariffin.

Menghilangkan satu ayat yang menerangkan tentang FITRAH dan satu perenggan yang mempertikaikan penemuan barat kelihatan sengaja dilakukan oleh Muhammad Ariffin untuk menimbulkan kekeliruan dan salah faham kepada tulisan Dr Ary Ginanjar. Apa yang dilakukan ini sangat mengelirukan dan berniat hanya untuk membenarkan tuduhan/pendangannya. Bukan sebuah perbincangan ilmiah yang jujur.


PENYELEWENGAN 3 : ESQ SEOLAH DIBUAT MENOLAK KEBENARAN DARI ALLAH
Setelah menyelewengkan petikan dari buku Dr Ary Ginanjar, Muhammad Ariffin berhujah pula bahawa kebenaran yang sebenar adalah dari Allah. Lihat petikan kertas kerja Muhammad Ariffin di halaman 16 ;

Dalam Islam kebenaran itu hanya datang dari Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran, terjemahannya “Sesungguhnya orang yang beriman itu mengetahui bahawa kebenaran itu datang dari Tuhannya” (Surah Al Baqarah: 26). “Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, maka janganlah engkau menjadi orang yang ragu” (Surah Al Baqarah : 148, Ali Imran : 60)


PENJELASAN :
ESQ menyampaikan kepentingan suara hati dan keperluan mengikutinya kerana ia adalah ajaran Islam. Di dalam buku ESQ, halaman 81 (2001) makna Suara Hati yang digunakan oleh Dr Ary Ginanjar adalah jelas seperti berikut:

“Dan sememangnya di dalam diri manusia itu terdapat sifat-sifat yang (secara fitrah) sentiasa inginkan keindahan dan kemuliaan. Itulah hakikat sebuah jiwa yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia. Ia merupakan modal dan teras kejayaan. Maka gunakanlah suara hati tersebut.”

Di dalam buku ESQ tulisan Dr Ary Ginanjar, tidak pernah ada kenyataan yang menolak kebenaran itu dari Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Suara hati adalah adalah ciptaan Allah yang diberikan kepada manusia. Hakikatnya, kebenaran itu adalah dari Allah. Tidak ada hal yang bertentangan dengan ayat Al Quran.

Malah di dalam buku ESQ tulisan Dr Ary Ginanjar yang dirujuk oleh Muhammad Ariffin (2001) itu jelas meletakkan AL QURAN SEBAGAI PEDOMAN PUNCAK (lihat di bawah tajuk learning Principle halaman 130 cetakan awal dan halaman 188 di cetakan kemudian, ESQ (versi Bahasa Malaysia, halaman 222) Dr Ary menerangkan ;

Bayangkan jika anda perlu membuat suatu keputusan penting tetapi keliru dengan pelbagai dorongan suara hati. Kadangkala anda menjadi bingung dan tidak mampu lagi memutuskan apa yang perlu didahulukan dan apa yang paling tepat. Contohnya anda diminta membuat keputusan untuk menyelesaikan suatu masalah. Anda diminta untuk bersikap penyayang dan pengasih, jujur, adil, tegas dan bijaksana. Beberapa pilihan diberikan kepada anda dan anda perlu membuat keputusan dengan segera. Kes yang anda hadapi adalah anda menangkap seorang pencuri yang terpaksa mencuri kerana ingin membeli ubat untuk anaknya yang sedang sakit tenat. Wang yang dicuri itu adalah milik seorang perempuan tua yang sudah dua hari tidak makan. Pencuri itu pula merupakan seorang sepupu anda. Masalah bertambah rumit kerana anda sedang ditonton oleh ramai orang yang ingin mengetahui keputusan anda. Sementara itu, bapa saudara anda (ayah pencuri itu) menelefon anda dan meminta anda berusaha menyelamatkan anaknya. Saya tidak bermaksud meminta anda menjawab pertanyaan di atas, tetapi saya ingin menjelaskan bahawa Al Quran akan memberikan bimbingan untuk mengatasi masalah-masalah yang memerlukan kebijaksanaan tanpa membebani manusia.

“Wahai orang yang beriman! Hendaklah kamu menjadi orang yang sentiasa menegakkan keadilan, lagi menjadi saksi kerana Allah, sekalipun terhadap diri kamu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabat kamu. Walaupun orang (yang didakwa) itu kaya atau miskin. Kerana Allah lebih tahu kemaslahatannya. Oleh itu janganlah kamu turuti nafsu supaya kamu tidak menyeleweng dari keadilan. Dan jika kamu memutarbelitkan keterangan atau enggan (menjadi saksi), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan apa yang kamu lakukan.” Terjemahan Surah An Nisaa’ 4 : 135

Petikan di atas menjelaskan bahawa Al Quran adalah pedoman atau rujukan utama. Ini menafikan dakwaan bahawa ESQ menjadikan suara hati sebagai kebenaran mutlak.


KESIMPULAN :Ayat Al Quran yang dibawa oleh Muhammad Ariffin bahawa kebenaran dari Allah adalah semata-mata bertujuan meragukan masyarakat umum kepada ESQ dan pemikiran Dr Ary Ginanjar.

Sebagai kesimpulannya, petikan buku Dr Ary Ginanjar telah dikelirukan. Dr Ary tidak pernah menulis atau mengeluarkan kenyataan menolak bahawa kebenaran itu dari Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Suara hati yang diajarkan di dalam buku dan Training ESQ adalah suara hati nurani yang berlandaskan Al Quran dan As Sunnah dan kerana itu kebenaran adalah Al Quran dan As Sunnah, sumber suara hati murni.



PENYELEWENGAN 4 : SUARA HATI DARI AJARAN KRISTIAN DAN YAHUDITidak cukup menyelewengkan kenyataan Dr Ary Ginanjar, di dalam kertas Kerja Ustaz Ariffin muka surat 16, beliau cuba pula menyamakan suara hati dengan ajaran Theosophical Society, Kristian dan Kabbala.

Antara petikannya adalah ;

Jika sejati itu adalah suara hati, itulah yang disebut oleh Rene Geunon dengan kebenaran abadi “meski bentuk-bentuk (tradisi) itu mungkin banyak dan beragam.. metafisik tetaplah satu, sebagaimana Kebenaran (The Truth) tidak lain hanyalah satu”. Pernyataan inilah yang tertulis di bawah lambang Theosophical Society “No religion higher than Truth” tidak ada agama yang lebih tinggi dari kebenaran.

Untuk terus menguatkan pertuduhannya, Muhammad Ariffin memetik juga pandangan seorang Mufti ;

“Menurut Mufti Wilayah SS Wan Zahidi Wan Teh, konsep suara hati adalah merupakan ajaran Kristian, berdasarkan buku “Menembus batas tradisi” karangan Franz Magnis Suseno S.J ahli teologi Jerman yang menetap di Indonesia. Oleh sebab itu suara hati merupakan ajaran kristian yang cuba disebarkan dalam kursus ini (ESQ). ini terbukti apabila ‘suara hati’ diulang sebanyak 93 tempat dan merupakan istilah paling banyak digunakan dalam bukunya ini”

Tidak cukup itu, Muhammad Ariffin menambah lagi dengan merujuk sebuah buku dari pendita Yahudi ;

“Konsep ‘suara hati’ juga merupakan pusat dalam kehidupan spiritual yahudi sebagaimana dinyatakan oleh Rabbi Yaacov J. Kravitz dalam laman web Spiritual Intelligence bahawa : “Spirituality refers to what is most essential to the heart of human experience”. Malahan menurut Rabbi Yaacov, suara hati (heart) itu juga dapat merupakan singkatan dari “Heart, Enthusiasm, Awareness, Respet, Tradition”.

Spiritual Intelligence yang berdasarkan kepada hati ini, menurut Rabbi Yaacov dilakukan berasaskan kepada ajaran Kabbala, sebagaimana disebutkan bahawa “Rabbi Dr Kravitz telah melakukan penelitian dalam penyatuan antara spiritual dan psikologi. Praktik spiritual yang dilakukannya adalah meditasi, ketenangan jiwa, yoga, doa, yang dikembangkan dalam program yang komprehensif untuk meningkatkan kemahiran Spiritual Intelegent berdasarkan pada ajaran mistik kuno Kabbala dan penemuan psikologi modern”.


PENJELASAN :
Ketiga-tiga petikan yang diambil oleh Muhammad Ariffin di dalam kertas kerjanya yang sedang kita analisakan ini, sangat jelas merujuk kepada buku Kristian dan Yahudi. Beliau sama sekali TIDAK MERUJUK kepada Al Quran dan As Sunnah atau paling kurang merujuk kitab-kitab muktabar. Sedangkan di dalam membahaskan kebenaran atau kesalahan sesuatu perkara, sumber rujukan utama adalah dari Al Quran dan As Sunnah.

Mengapa buku Yahudi dan Kristian yang dijadikan sandaran sedangkan di dalam Al Quran dan Al Hadis banyak sekali membicarakan tentang suara hati. Selain surah As Syam ayat 8 – 10 yang di petik sebelum ini, masih banyak ayat-ayat lain, termasuklah juga hadis Nabi Muhammad SAW.;

Antaranya, Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : “Bahawa di dalam jasad ada seketul daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rosak, maka rosaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahawa segumpal daging itu ialah hati.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat yang lain, dari Wabishah bin Ma’bad r.a, hadis riwayat Ahmad dan Ad Darimi yang bermaksud ; “Bahawa aku datang kepada Rasulullah SAW lalu Baginda bertanya ‘Engkau datang bertanyakan erti kebajikan?’ Aku menjawab ‘Ya’, Sabda Rasulullah SAW lagi, ‘Tanyalah hati engkau’. ‘Kebajikan itu ialah apa yang mententeramkan diri engkau kepadanya serta mententeramkan hati. Manakala dosa pula ialah apa yang mengganggu jiwa dan meragui dalam dada, walaupun orang ramai telah memberikan engkau fatwa dan terus memfatwakan sesuatu’ ”

Di dalam buku mastika Hadis (Mukaddimah dan Jilid 1, terbitan JAKIM 2007) di muka surat 165, jelas disebutkan tentang manusia dan keistimewaan semulajadinya iaitu ;

“Manusia dilahirkan dengan keadaan berakal fikiran, mempunyai mata hati dan daya kesedaran, sebagaimana ia mempunyai gharizah (naluri), pancaindera dan perasaan”.


KESIMPULAN :
Walaupun konsep suara hati ada di dalam ajaran agama lain tetapi sangatlah berbeza dengan konsep suara hati dari ajaran Islam. Mengikut barat, suara hati tidak ada hubungan dengan Allah. Sedangkan suara hati di dalam ajaran Islam jelas bermakna dorongan kebaikan yang diciptakan Allah supaya manusia sentiasa ingin mendekat kepada Allah (FITRAH). Suara hati yang diajarkan di dalam buku dan Training ESQ adalah suara hati nurani yang dihubungkan dengan sumber yang benar iaitu Al Quran dan juga As Sunnah.



PENYELEWENGAN 5 : KENYATAAN YANG BERTENTANGAN
Jika sebelumnya Muhammad Ariffin mengutip petikan-petikan dari buku Kristian dan Kabbala untuk menolak suara hati, namun kemudiannya beliau membawa pula bukti ayat Al Quran yang membenarkan suara hati ada di dalam ajaran Islam.

Di halaman 18, beliau menulis ;

Dalam Al Quran, Allah menyatakan bahawa suara hati itu dapat mengajak kepada kebaikan tetapi juga dapat mengajak kepada kejahatan: “dan Kami tunjukkan kepadanya (manusia) itu dua jalan” (Suah Al Balad/90 : 10). “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan jalan ketakwaannya. Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh rugilah orang yang mengotori jiwanya” (Surah As Syam/91 : 7-9)”


PENJELASAN :
Walaupun tujuan petikan ini adalah untuk berhujah bahawa ada suara hati keburukan atau kefasikan, namun secara tidak langsung telah menjawab persoalan sebelumnya bahawa suara hati memang ada di dalam ajaran Islam. Muhammad Ariffin memperlihatkan sikapnya mempergunakan ayat Al Quran untuk kepentingan membenarkan pandangannya bukan menjelaskan kebenaran. Ini bukan sikap seorang ilmuan Islam yang jujur. Ayat Al Quran digunakan hanya pada waktu diperlukan membenarkan kehendaknya. Tetapi apabila ingin menyalahkan, Muhammad Ariffin menyimpan ayat ini, dan berhujah dengan rujukan dari buku Yahudi dan Kristian.

Apakah beliau lupa pada amaran Allah di dalam surah Al Baqarah, ayat 42 yang bermaksud ;

“Dan janganlah kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebathilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.”


KESIMPULAN :
Di dalam kertas kerjanya, Muhammad Ariffin memperlihatkan sikap menyembunyikan kebenaran dan mencampur-adukkan kebenaran dan kebatilan yang sangat jelas. Muahammad Ariffin adalah seorang yang tidak bertanggungjawab dengan kenyataannya yang saling bertentangan, di dalam kertas kerja yang sama. Sedangkan apa yang dibicarakan adalah menyentuh akidah dan keyakinan 65 ribu alumni ESQ di Malaysia dan 850 ribu alumni di seluruh dunia.



PENYELEWENGAN 6 : 12 LATIHAN DARI KABBALA DAN MEMBACA NAMA-NAMA TUHAN UNTUK MENYATU DENGAN TUHAN
Di halaman 16 dan 17, Muhammad Ariffin menyenaraikan 12 langkah latihan yang diberikan dalam Spiritual Intellegence Center yang diasaskan oleh Rabbi Jaccov Kravitz berdasarkan ajaran Kabbala. Tujuan latihan ini adalah untuk mempelajari bagaimana manusia dapat menyatu dengan Tuhan dengan mempelajari nama-nama Tuhan.

12 Langkah itu adalah ;

1. Menerima kelemahan diri “Admitted we were powerless over our addiction”.
2. Menyakini adanya kekuatan yang lebih besar dari kekuatan diri yang dapat merubah kehidupan “Came to believe that a Power greater than ourselves could restore us to sanity”.
3. Buat keputusan untuk merubah kehidupan untuk mengenal Tuhan dan memperhatikan ajarannya “made a decision to turn our will and our lives over to the care of God as we understand Him/Her”.
4. Mencari dan merasakan ketakutan atas kesalahan diri sendiri “Make a searching and fearless moral inventory of ourselves”.
5. Bertaubat kepada Tuhan, meminta maaf kepada orang lain atas kesalahan yang dilakukan, dengan melakukan pengakuan dosa “Admitted to God”, to ourselves, and to human being the exact nature of our wrong”.
6. Kesiapan diri secara total untuk meninggalkan kesalahan tersebut “Were entirely ready to have God remove all these defect of character.
7. Berdoa kepada Tuhan untuk menghilangkan sifat yang tidak baik “Humbly asked God to remove our shortcoming”.
8. Membuat senarai kawan-kawan yang pernah kita lakukan kesalahan kepadanya dan berusaha meminta maaf kepada mereka. “Made alist of all person we had harmed and become willing to make amends to them”.
9. Lakukan permintaan maaf langsung kepada kawan yang ada “made direct amend to suh people where ever possible”.
10. Tetap terus mencari kesalahan diri dan segera meminta maaf “Continued to take personal inventory and where were wrong promptly admitted it”.
11. Mencari dan meningkatkan kesedaran untuk berkomunikasi dengan Tuhan melalui meditasi dan doa, dan bacaan-bacaan ritual.
12. Merasakan kesedaran spiritual sebagai natijah atas latihan yang dilakukan dan berusaha mengajak orang lain untuk merasakan kesedaran spiritual yang sama dengan mempraktekkan prinsip-prinsip yang diajarkan “Having had a spiritual awakening as the result of these steps, we tried to carry this message to anyone with an addiction and to practice these principles in all our affairs”.

Tidak cukup berhujah suara hati dari ajaran Kristian dan Yahudi, Muhammad Ariffin terus cuba mencari persamaan ESQ dengan ajaran Kristian dan Kabbala. 12 hal di atas cuba disamakan dengan ESQ 165. Muhammad Ariffin menyampaikan bahawa 1 + 6 + 5 = 12. 12 adalah ajaran kabbala ( Muhammad Ariffin di Forum ESQ : Satu Penjelasan, Yayasan Ta’alim, 14 Julai 2010). .Atas ‘persamaan’ yang dipaksakan itu, pemikiran Dr Ary Ginanjar dihujahkan salah dan menyimpang.


PENJELASAN :

Dari tulisan Muhammad Ariffin ini, kelihatan beliau sangat obses kepada kabbala dan Kristian. Rujukan dan bacaannya banyak kepada bahan-bahan bacaan ini. Apakah mungkin kerana terlalu terdedah dengan bahan berkaitan kristian, New Worl Order, Freemason dan Kabbala, Muhammad Ariffin menjadi mudah ‘menghukum” sesuatu itu kabbala atau ajaran seumpamanya hanya kerana terdapat persamaan-persamaan tertentu yang mungkin berlaku tanpa disengajakan.

Seperti seorang yang sangat takutkan hantu, melihat kain bergerak saja sudah dianggap hantu, walhal ada kucing yang terseradung kain dan berusaha untuk keluar dari gumpalan kain itu. Perumpamaan ini mungkin melucukan tetapi tidak mustahil berlaku. Hingga pakaian hitam, bergambar dengan tangan di dada saja sudah cukup untuk Muhammad Ariffin menuduh dan menyebarkan tuduhan itu bahawa Dr Ary Ginanjar seorang Yahudi (rujuk ceramah Muhammad Ariffin di Yayasan Ta’alim, 14 julai 2010).


Bersambung…

8 comments:

  1. maksud Nabi s.a.w pada hadith mengenai "seketul darah/daging" (hati) tu bukanlah suara hati, tapi lebih kepada ke takwaan dan iman. Islam ni takde suara hati pun..yg ada iman dan amal je, iman pada siapa dan amal ikut cara siapa?Dan tentulah iman pada ALlah dan ikut cara nabi s.a.w.
    Ini jelas bermaksud, manusia takleh ikut sesuka "suara hati" dia je..umat islam dah ada guidelines..so, kalau ESQ ajar manusia untuk ikut sesuka suara hati,dah jadi apa macam ni?

    ReplyDelete
  2. hati kita ni kena di paksa (rela lebih baik) untuk menerima apa yang di ajar oleh Nabi s.a.w, walaupun bertentang dengan logik, di mana, kita di ajar mengenai syurga neraka, tapi tak pernah nampak, kita di ajar mengenai Allah, tapi tak pernag melihat, dan sebab itulah iman kita ni bernilai, sebab kita ni uji dengan sesuastu yang bertentangan dengan sifat kita.

    Jadi, maksud nabi mengenai hati kita tu adalah, ianya akan jadi baik sekiranya kita bermujahadah (susah payah) untuk menerima segala suruhan Allah dan mninggal kan segala larangan Allah, HANYA dengan mngikut cara Nabi s.a.w dan bukan nya ikut suara hati kita..

    ayat suara hati ni memang seorang layman pun boleh kesan sebagai menyeleweng..

    ReplyDelete
  3. Semakin anda menulis dan cuba menghujahi, semakin menampakkan kecetekan pengetahuan anda dan semakin menyerlahkan kelemahan esq. Jelas, anda tidak memahami kertas kerja penulis kerana pengetahuan dan pemikiran anda tidak setingkat dengan penulis berkenaan. Bahkan terlalu jauh untuk mencapai tingkatan itu. Hujah menolak anda berbalik kepada kenyataan dan hakikat mengenai esq sendiri.

    ReplyDelete
  4. Muhammad Arifin adalah Pengarah Institut Pemikiran Islam Dan Informasi Dakwah di Medan, Indonesia. Pengetahuan dan maklumat beliau mengenai Kabbala, Freemason dan lain-lain gerakan seumpamanya adalah hasil daripada pengkajian beliau selayak kedudukan dan jawatan beliau di Institut yg berkecimpung dgn bidang pemikiran. Bukan sekadar merujuk buku untuk menghasilkan satu penulisan seperti sangkaan anda yg bukan berstatus pengkaji dan tidak terlibat dalam mana-mana penyelidikan. Bergambar dgn tangan kiri di dada mmg ciri Illuminati, tetapi itu bukanlah asas utk menjustifikasikan tuduhan Yahudi. Tetapi itu adalah perkara yg boleh sama-sama direnungkan kerana kesamaan yg ada dari segi pembawaan luaran. Apa yg lebih penting ciri-ciri kecelaruan pemikiran yang jelas dibawanya.

    ReplyDelete
  5. Saudari Nur, Muhammad Ariffin bukanlah orang pertama yang mengkaji tentang Freemason, Kabbala dan gerakan yang seumpama dengannya. Malah di Malaysia sendiri banyak para professor yg dihujung jari mereka perkara2 tentang hal ini. Namun masalahnya, ilmunya yang tinggi tentang ini semua tak setinggi pengetahuannya tentang manusia yang dituduhnya. Sejauhmana dia mengenal Ary Ginanjar? Setinggi mana pengkajiannya kepada peribadi Ary Ginanjar. Apakah sedetail dia mengkaji Freemason dan Kabbala? Apakah manfaatnya memiliki ilmu yang tinggi tentang gerakan Yahudi jika digunakan untuk memecah belahkan umat yang sememangnya telah diambang kerosakan saat ini?. Menuduh orang Yahudi, walaupun hanya menyamakan dan menimbulkan keraguan masyarakat umum pada sesaorang, bukan hal yang kecil dalam Islam.. seandainya tuduhan itu tidak benar, tuduhan itu akan berbalik kepada yang menuduh. Seorang ilmuan yang tulen, akan dikenal pada akhlaknya dan hati-hatinya dalam menjatuhkan hukum. Lebih tinggi ilmu, lebih sangat hati-hati dan takut untuk menuduh, apatah lagi menghukum. Saya menulis bukan untuk meyakinkan sesiapa tentang esq atau meragukan sesiapa pada Muhammad Ariffin. Yang saya bentangkan hanya penyelewengan yang saya jumpa... kita di dunia ini ibarat peguam yang berhujah berdasar keyakinan masing-masing. Hakim kita adalah Allah.. Selamat berpuasa.

    ReplyDelete
  6. Saudara SupaNoo8, tentang suara hati jangan menilai di atas jawapan saya. Bacalah buku esq atau pergilah ke training ESQ.. manusia memang memusuhi sesuatu yang tidak diketahuinya.

    ReplyDelete
  7. Ya Allah ampunilah hamba-hambamu.. kenapalah ilmu yang ada digunakan untuk memfitnah, memperlekehkan orang, dsb. Ilmu Allah yang amat luas dan banyak berbanding yang ada pada diri kita, sudah membuatkan kita takabur dengan melontarkan fitnah kesana sini. Rasllulah tidak pernah mengajar kita berakhlak buruk begini..

    ReplyDelete
  8. Rasulullah SAW manusia yang paling sempurna, juga difitnah dan dituduh macam-macam. Semua ini Allah izinkan berlaku supaya manusia yang diberikan akal untuk berfikir dan diberikan hati untuk merasa, menilai dengan iman yang ada di dada. Setiap manusia bertanggungjawab dengan apa yang diucapkan, ditulis dan disebarkan... Biarlah kita lakukan semuanya kerana Allah. Jika kita ikhlas mencari kebenaran, Allah akan memimpin kita menemuinya walau sekalipun tersembunyi.

    ReplyDelete